Menjadi Pensil

pencil_points

Seorang anak melihat neneknya sedang menulis surat. Kemudian sang anak bertanya:

“Apakah Nenek menulis tentang hal-hal yg telah kita lakukan? Apakah Nenek menulis cerita tentang aku?”

Neneknya berhenti menulis surat dan berkata pada cucunya:

“Nenek memang menulis tentang kamu, Cu. Tapi yg lebih penting daripada apa yang nenek tulis adalah pensil yang nenek pakai ini. nenek harap engkau akan menjadi seperti pensil ini waktu kamu besar nanti.”

Penasaran, anak laki-laki itu memperhatikan pensil yang tidak nampak istimewa itu.

“Tapi pensil ini sama saja dengan pensil-pensil yang pernah aku lihat, Nek.”

“Itu tergantung pada bagaimana engkau melihat benda-benda. Pensil ini memiliki lima keistimewaan. Apabila engkau berpegang padanya, hal-hal ini akan menjadikanmu orang yang akan selalu mendamaikan dunia.”

“Keistimewaan pertama: engkau bisa melakukan hal-hal yang hebat, tapi kau tidak boleh lupa bahwa ada tangan yang memandu langkahmu. Kita menyebut tangan itu Tuhan, dan Ia selalu memandu kita sesuai dengan keinginan-Nya.”

“Keistimewaan kedua: sesekali, Nenek berhenti menulis dan menajamkan pensil. Ini membuat pensil menderita sedikit, tapi setelah itu, pensil ini akan jadi lebih tajam. Begitu juga dengan dirimu. Engkau harus belajar merasakan pedih dan penderitaan, karena hal itu akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik lagi.”

“Keistimewaan ketiga: pensil selalu mengijinkan kita menggunakan penghapus untuk menghapus kesalahan. Hal ini berarti bahwa, mengoreksi kesalahan yang kita buat bukanlah hal yang buruk; ini menjadikan kita tetap di jalan keadilan.

“Keistimewaan keempat: yang terpenting pada sebatang pensil bukanlah tampak luarnya, tapi grafit di dalamnya. Maka selalulah perhatikan pada apa yang terjadi di dalam dirimu.”

“Dan yang kelima: pensil selalu meninggalkan bekas. Begitupun juga, engkau harus sadar bahwa segala yang kau lakukan dalam hidup akan meninggalkan bekas. Maka cobalah untuk selalu mengingat hal ini dalam setiap tingkah lakumu.”

[Terjemahan bebas dari Paolo Coelho’s The Story of a Pencil – Like The Flowing River]

45 thoughts on “Menjadi Pensil

  1. Yoaaaaannnnn….
    tolong aku tolong aku tolong aku yooooo
    aku kehilangan diriku
    aku kehilangan pensilku
    aku ki laa yahya wa laa yamut yo!
    huhuhuhuhu
    Ya Allah ampuni aku ya!

  2. ada lagi bos… kadang pensil terlupakan… saat kita lagi kehilangan inspirasi, dia kita taruh di atas telinga…. dan saat akan menulis, kita kalang kabut mencarinya… hihiii…

  3. Klo pinsil bisa menghapus kesalahannya sendiri, klu kita harus istigfar dulu mohon ampunan terus berusaha tdk mengulangi kesalahan…..ternyata dari sebatang pinsil ada pelajaran berharga

  4. @aris,
    lho lho… ono opo tho?
    kok sampe laa yahya wa laa yamuut ngono?
    sabar ya? Allah gak akan ninggalin kita setelah Doi menuntun kita sejauh ini…

    @tuannico & anto84,
    he eh. oom paulo coelho emang mantaps… 😀

    @madhysta,
    huehehe… bener juga yak.
    *tp saya ga pernah naro pensil di atas telinga. ribet soalnya. kena kerudung :D*

    @tiyas,
    yups, hikmah en pelajaran datengnya suka dari sumber yg kita gak pernah sangka…

    @joe,
    ups sori saya kurang setuju. kalo saya sih, hidup berawal dari bernafas…
    :p

    @pak ahmadjazi,
    bener2 pak. kita kudu banyak istighfar ya… *sekalian ngingetin diri sediri*
    kalo kita cermat melihat, semua yang ada en terjadi dlm hidup ini penuh pelajaran berharga kan. tinggal pinter2nya kita aja mungutin hikmah yang tercecer itu…

    @rocknoida,
    setuju

    uda saya tegor balik kok 😀

  5. Bintang Kejora!!
    tiada kusangka dan tiada kuduga, ternyata dirimu adalah mbak Yoan..
    *kemarin2 tak kira mas Yoan gara2 provokasi para komentator lain
    hihihihi 😆
    wis ah, serius ki…
    tak kusangka dan tak kuduga kalo sebuah pensil memiliki makna yang sangat dalam…
    *nice inpoh gan

  6. gini…
    jika pensil itu adalah pensil warna…
    dan terletak dalam satu kotak..
    akan terlihat lebih baguss…
    satu sama lain saling melengkapi…
    tiada yang pernah merasa paling dibutuhkan, semua satu dalam keindahan warna…

  7. Wah, bagus.. Pinter juga si Paolo. Kalo kita sebagai pensil, yang jadi kertasnya siapa ya? Katanya waktu kita bayi, kita ini ibarat kertas putih. Isi kertas itu tergantung tangan yang menulisnya (ntah pake pensil ato ballpoint)..:-) Kalo kita ini sebagai pensil yang rapuh (gampang patah), apakah “tangan” Tuhan akan sering menajamkan kita sehingga cepet habis dan dibuang? Kalo kita ini pensil yg bagus tapi dipakai buat nulis yg jelek-jelek, apa kita bisa nolak? Trus bekas apa yg akan kita tinggalkan? (cuman pikiran nakal aja nih..hehe)… Lam kenal Yoan.

  8. @tan3,
    eh ketua karmun, diriku memang mbak yoan..
    *tiada kusangka dan tiada kuduga, ternyata dirimu gampang diprovokasi…*
    okeh gan, tengkyu.

    @anto84,
    smangat! hidup nulis! :mrgreen:

    @murid,
    ur welcome.
    slm kenal juga, bro!

    @shofiyah,
    tengkyu…
    sayah jadi pengen malu…
    salam kenal juga…

    @dwi okta,
    selain kupukupu, kita juga pensil, kita juga angin, kita juga air, kita juga api, kita juga tanah tempat segalanya bertumbuh…
    *uhuyy… gw puitis pagi2 :D*

    @purwaka,
    salam kenal juga!

    @arya,
    boleh,
    boleh kok…
    pensil apa aja boleh,
    asal ga lupa fungsi dan peran masing2…

    @yoana,
    amiin… smoga kita smua masi diberi waktu utk ‘menghapus’ dosa en kesalahan en lulus ujian hidup ya…
    salam kenal juga yoana…:)

    @infinite justice,
    he eh. oom paulo coelho emang padat, dahsyat dan haibat :mrgreen:
    memaafkan tu keistimewaan yang jarang ada dlm diri individu lho…
    en memaafkan diri sendiri jauh lebih sulit daripada memaafkan orang lain…

    @4ndika,
    salam kenal juga…
    saya mau main ke rumah kamu…
    tapi kamu ga nulis alamat blog kamu…
    gimana dong???

    @fadhil,
    kalo kita pensil, kita juga bisa jadi kertas.
    Tangan Tuhan memandu, kita juga punya andil dalam menulis sesuatu yang biasa disebut takdir itu…
    jangan tanya apa Tuhan akan cepat membuang ‘kita’ atau tidak,
    lakukan saja yang terbaik dan menjadilah yang terbaik yang kita mampu sehingga kalau sampai waktunya kita harus ‘dibuang’, nggak ada lagi penyesalan…
    en for the last thing, kamu tau apa yg bisa dan tidak bisa kamu lakukan…
    salam super!
    :mrgreen:

    @maipura,
    hmm…
    menjadi pensil…
    berwarna bisa…
    jadi banyak? asik dong kalo gitu… 😀
    kpn pulang jel?

  9. OMG….!!!! inspire banget yan…..paling sukapoint ke 2 dan ke empat. sama dengan bersakit-sakit dahulu senang kemudian….brr…jadi semangat lagi nih..serasa dicharg..:D..
    trus, semoga apa yang kita lakukan di sini bisa menjadi langkah awal kita buat menorehkan bekas yang tidak terlupakan oleh orang lain, amin

  10. @an9el,
    semua yg ada di dunia ini punya makna toh?

    @dewifatma,
    salam buat dede-nya ya mbak… *saya belum bisa bikin sendiri sih…:mrgreen: *

    @anto84,
    ayooo menuliiiss…

    @dhoni,
    hari gini masih pinjem?
    no comment…

    @bokers,
    menyentuh apa ker?

    @kris,
    waw waw waw, iya ya gak nyangka… :mrgreen:

    @kacrut,
    yaelah crut, baca dong. kan ogut tulis sumbernya…
    kacrut… kacrut…

    @pras,
    yo’i pras, asal bekasnya yang baek2 aja ye…

    @mbahkoeng,
    bener mbah…

    @fajar,
    apa jar?
    ngemeng dung…
    apa?
    naaa… ga mau jawab juga…
    apa hayo???

  11. tulis lah rencana mu menggunakan pensil … tetapi ijinkan Tuhan membawa penghapus jika rencanamu tidak sesuai dengan rencana-Nya …

    salam kenal …

    mampir yach …

Leave a reply to jongos18 Cancel reply