Feels Like Working with Talibans

You have to thank God, praise His name for minimum a hundred times per day, if your office allow you and the rest of employees to listen to the music while working. And you have to really thank God, praise His name for minimum a thousand times per day, if you are allowed to connect to the internet and browsing all you like in office hour.

Unlike me.

 

Life’s Never Fair, Let’s Just Laugh

Hidup itu bukan bagai sekotak cokelat seperti yang Forrest Gump pernah bilang. Ia lebih mirip sekotak Kacang Segala Rasa-nya Bertie Bott. Ada rasa cokelat, mint, dan bayam. Ada rasa muntah, ingus, dan kotoran kuping.

Sebenarnya, setelah bertahun-tahun hidup, saya mulai merasa terbiasa dengan lelucon dan kejutan hidup. I curse sometimes, yes, meski cuma di dalam hati. Tapi mau buat apa lagi kalau sudah terlanjur terjadi? Apa yang terjadi mungkin memang sudah seharusnya terjadi. Tinggal pontang-panting kita-nya aja buat coba nerima meski sambil misuh-misuh.

Senin kemarin, saya ke kantor dengan badan remuk. Akumulasi flu, membabu tanpa istirahat beberapa hari Minggu, dan mata merah (sepertinya sakit mata, bangun tidur mata saya lengket dengan belek, soalnya). Pagi itu saya berada dalam mood “senggol-bacok”. Saya bahkan merasa bisa matahin leher orang, saat itu.

Tuhan Maha Adil, mungkin Maha Iseng juga. Baru buka pintu ruangan, saya sudah dicecar pertanyaan tak penting dari orang yang juga tak punya peran penting dalam hidup saya dan tentunya saya jawab dengan agak sewot. Saya, yang kepengen bunuh orang, merasakan keinginan amat kuat untuk melemparkan monitor, kursi, meja atau apa pun yang bisa saya jangkau. Tapi, saya tahan. Cara saya untuk nggak menyembur marah mungkin bisa kamu contoh. Saya menghindari kontak mata dengan orang yang menggelitik saraf marah saya. Saya tidak lihat wajahnya. Saya bicara dengan satu atau dua patah kata saja (mostly “enggak” dan “nggak tau” :)).

Pagi itu saya mohon dengan sangat agar Tuhan membuat saya terhibur. Akan tetapi, siapa yang bisa menebak selera humor-Nya? Dia bahkan tega godain saya di sebuah klinik autis dengan memaksa saya melihat kotoran sendiri berputar-putar di WC.

Dan “jadi, maka jadilah”, titah-Nya. Bukannya mengirimkan orang untuk menghibur saya, Dia malah membuat saya menghibur orang lain dengan ketololan bawaan saya.

Tempat saya bekerja adalah rumah dua tingkat yang dialihfungsikan sebagai kantor. Ruangan saya di lantai dua. Ada WC di sebelah ruangan. Saya kebelet. Saya pipis di sana. Belum usai membersihkan diri, pintu WC digedor dahsyat. Buru-buru saya beberes. Waktu saya buka pintu, ada mas tukang yang siap protes, “Maaf, Mbak, WC-nya lagi dibenerin.” Saya, cuma bisa bilang, “Oh, maap ya, Mas, saya nggak tau.”

Tawa meledak dari ruangan sebelah. Perasaan saya gak enak, tapi tetap balik ke kursi dan pasang headset. Baru duduk berapa detik, YM berkedip.

mas hap: apa yg sudah kau lakukan barusan? sampai tukangnya teriak2

yoan: pipis

mas hap: 😆

yoan: tapi aku kan pipisnya di tempat yg sudah disediakan

mas hap: anak2 griya pada sakit perut semua ni gara2 kelakuanmu… 😆 mati ketawa =))

yoan: jah. emangnya aku salah ya? *masih tidak menyadari efek tindakanku*

mas hap: lubang salurannya tu lagi dibongkar di bawah

yoan: hoo…

yoan: ga dikasi pengumuman… *masih ga ngerasa salah*

mas hap: jadinya pas kamu pipis td tukangnya teriak…”eh…eh…”

mas hap: kita di GK pertama bingung knp kok tukangnya kyk kesetrum gitu ekspresinya…

yoan: 😆

mas hap: stlh tau ternyata dirimu biang keladinya kita ngakak semua

yoan: aduuhh… berarti aku salah banget ya? huehehe… kenapa ga sekalian aku bakar aja ini rumah ya…

mas hap: sambil ngebayangin gmn kalo kamu td pup…. =))

yoan: 😆

yoan: rejeki banget dah tu pasti…

mas hap: nglamar k OVJ aja, mbah…kamu lucu bgt….

yoan: ih.

yoan: salahnya ga pasang pengumuman.

mas hap: 😆

yoan: coba ditulis, sedang diperbaiki. kan aku ga pipisin dia tadi =p

mas hap: kata goro ada judul pilem baru

mas hap: Air Pipis Perawan

mas hap: kwak kwak kawk’

Ya. Mereka tertawa. Menertawakan SAYA. Asem.

Hidup ini memang tidak adil. Cukup kencingi satu orang dan mereka akan selalu ingat tragedi-pipisin-tukang itu seumur hidupmu. Saya mungkin tidak akan bisa mencalonkan diri sebagai walikota karena kasus memalukan ini. Tapi, tak apa. Saya toh memang gak pernah pengen jadi walikota. Ribet. I just wanna live a simple life with my beloved ones and laughing our ass off together at this ridiculous life.